Angin, Mesin Pertumbuhan Baru Menuju 100 % Energi Bersih

1 day ago 3

Feiral Rizky Batubara, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI)

Angin, Mesin Pertumbuhan Baru Menuju 100 % Energi Bersih

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

FOTO: Feiral Rizky Batubara, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI)

jpnn.com - Transisi energi Indonesia memasuki fase yang semakin menentukan. Komitmen menuju net zero emission pada 2060 kini tidak lagi berhenti sebagai target jangka panjang, melainkan mulai diterjemahkan ke dalam visi politik dan kebijakan yang lebih konkret. 

Presiden Prabowo Subianto secara terbuka menyampaikan bahwa Indonesia harus bergerak menuju sistem energi berbasis energi baru dan terbarukan secara penuh, bahkan dengan visi jangka panjang menuju 100 % energi bersih.

Pernyataan ini menegaskan bahwa energi tidak lagi sekadar isu teknis atau lingkungan, tetapi telah menjadi fondasi ketahanan nasional, daya saing ekonomi, dan kedaulatan negara.

Visi tersebut muncul di tengah realitas bahwa sistem energi Indonesia selama puluhan tahun bertumpu pada sumber daya fosil. Batu bara, minyak, dan gas memang menopang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan ketergantungan struktural yang mahal. Impor minyak dan LPG terus membebani neraca perdagangan, sementara volatilitas harga energi global menjadikan perekonomian rentan terhadap guncangan eksternal. 

Di saat yang sama, tekanan global untuk menurunkan emisi karbon makin kuat, baik melalui mekanisme pasar, regulasi perdagangan, maupun tuntutan investor internasional.

Dalam konteks inilah energi angin atau tenaga bayu mulai menemukan relevansinya. Selama ini, diskursus energi terbarukan di Indonesia lebih banyak berfokus pada tenaga surya dan panas bumi. Padahal, energi angin menawarkan kombinasi yang unik antara keberlanjutan lingkungan, ketahanan energi, dan potensi pertumbuhan ekonomi baru. Secara geografis, Indonesia memiliki potensi energi angin yang besar dan tersebar luas. Berbagai studi dan peta sumber daya menunjukkan bahwa potensi energi angin nasional mencapai sekitar 155 gigawatt (GW), terdiri dari lebih dari 60 GW potensi angin darat dan lebih dari 90 GW potensi angin lepas pantai (off-shore).

Potensi tersebut terkonsentrasi di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, pesisir selatan dan utara Jawa, serta kawasan timur Indonesia. 

Wilayah ini selama ini relatif tertinggal dalam pembangunan infrastruktur energi, sehingga pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu tidak hanya berkontribusi pada bauran energi bersih nasional, tetapi juga menjadi instrumen pemerataan pembangunan dan penguatan ekonomi daerah. Energi angin dengan demikian bukan hanya soal kilowatt dan megawatt, melainkan juga tentang transformasi struktur ekonomi regional.

Komitmen menuju net zero emission pada 2060 kini tidak lagi berhenti sebagai target jangka panjang, melainkan mulai diterjemahkan ke dalam visi politik

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
Kabar berita |