jpnn.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, perkiraan biaya rekonstruksi untuk penanganan bencana di Sumatera berkisar Rp 50-Rp70 triliun.
“Jadi kalau bencana itu angkanya itu antara Rp50-Rp70 triliun biaya rekonstruksi. Ini kan kemungkinan bisa lebih tinggi karena ini tiga provinsi (Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh), dan sampai sekarang masih hujan deras terus. Jadi, masih ada kemungkinan ada masalah logistik lagi,” ucapnya dikutip Selas (16/12).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera pada kuartal III-2025 sebesar 4,9 persen dengan rincian di daerah terdampak bencana yaitu Aceh 4,5 persen, Sumbar 3,4 persen, dan Sumut 4,6 persen.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatra pada kuartal I-2026 diprediksi masih rendah seiring jalur logistik banyak yang terputus di tiga daerah terdampak bencana, sehingga produksi takkan optimal.
Namun, mulai kuartal II-2026, diharapkan akan tergenjot oleh karena adanya rekonstruksi dari pemerintah.
Dalam kesempatan tersebut, David menyampaikan pula bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) nasional berpotensi turun 0,32 persen akibat bencana Sumatra dengan pertimbangan efek konsumsi.
Menurut olahan dan data internal tim riset ekonomi BCA, efek bencana alam Sumatera menurunkan belanja masyarakat Sumbar 25,53 persen atau Rp 3,8 triliun, 22,31 persen atau Rp 11,8 triliun di Sumut, dan 23,92 persen atau Rp 2,8 triliun di Aceh. Total keseluruhan Rp 18,4 triliun.
Dengan asumsi belanja masyarakat terus terpuruk hingga Desember 2025, serta belanja Aceh mengalami tren serupa, maka diperhitungkan bahwa efek konsumsi pasca bencana berpotensi menurunkan 0,31 persen atau Rp 18,58 triliun PDB nominal nasional pada kuartal IV-2025.

















































