jpnn.com, JAKARTA - Pertumbuhan industri tempe dan tahu nasional masih menunjukkan tren positif seiring meningkatnya konsumsi masyarakat, juga berbagai program pemerintah yang membutuhkan pasokan tahu tempe.
Tantangan utama yang harus dijaga adalah kualitas produksi, efisiensi biaya, serta keberlanjutan rantai pasok bahan baku kedelai.
Sekretaris Jenderal Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Wibowo Nurcahyo, menyebutkan segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri, sekaligus menekan risiko inflasi pangan.
“Kalau segmentasinya tidak jelas, yang terjadi di lapangan adalah tekanan harga. Padahal tempe dan tahu merupakan komoditas protein rakyat,” ujar Wibowo dalam keterangannya, Selasa (16/12).
Dia mengatakan rata-rata konsumsi tempe di setiap rumah tangga mencapai 1,5 kilogram per bulan, sementara tahu sekitar 1,7 hingga 1,8 kilogram per bulan.
Oleh karena itu, stabilitas pasokan kedelai menjadi kunci ketahanan pangan nasional.
“Intinya, kami ingin semua pihak aman dan nyaman. Kedelai lokal kita fokuskan pada segmen tertentu, impor tetap berjalan untuk menjaga harga dan pasokan."
"Dengan strategi ini inflasi bisa ditekan dan kebutuhan dalam negeri tetap bisa terpenuhi,” ujar Wibowo.





















































