
MADIUN, BANGSAONLINE.com - Siswa SDN Glonggong 1 Kabupaten Madiun terpaksa harus belajar di bekas rumah penjaga sekolah. Sebab, atap kelas pada ruang kelas tersebut mengalami kerusakan sejak tahun 2023 lalu.
Kepala SDN Glonggong 1, Anita Kurniawati mengatakan, tiga ruang kelas dan satu ruang kesenian mengalami rusak parah pada 2023.
Kerusakan tersebut, menyebabkan murid kelas 1-3 itu, terpaksa melakukan belajar di ruang lain.
“Untuk pembelajaran murid kelas 1 dialihkan di gedung perpustakaan. Sementara siswa kelas 2 di ruang kelas 6. Sedangkan murid kelas 6 yang siswanya lebih sedikit dipindahkan ke ruang karawitan dekat kantor guru,” kata Anita, Rabu (7/5/2025).
Lebih lanjut, Menurut Anita, siswa kelas 3 terpaksa harus menempati bekas rumah penjaga sekolah yang secara struktur luas tidak sesuai dengan standar kelas. Hal itu dilakukan, karena atap pada kelas 3 dalam kondisi rusak.
“Memang tidak mengganggu proses pembelajaran. Tetapi kadang anak-anak mengeluhkan tempatnya kurang nyaman dan sempit. Apalagi lokasinya berdekatan dengan toilet siswa," jelasnya.
Pihak sekolah, lanjut Anita, tidak memiliki anggaran yang cukup untuk melakukan rehab ruang kelas tersebut.
“Kami memang kekurangan kelas. Untuk siswa kelas 5 digabung dengan ruang karawitan," tutur Anita.
Anita membeberkan, total ruang kelas dengan kondisi baik hanya ada 4 kelas. Keempat kelas tersebut, ditempati kelas 2, 4, 5 dan 6. Sedangkan ruang kelas 1, 2, 3, sudah tidak layak pakai karena rusak parah pada bagian atapnya.
Selain itu, kerusakan pada kelas tersebut terjadi karena gentengnya sudah melorot, kayu patah dan lapuk.
Oleh sebab itu, pihak sekolah terpaksa memberikan penyangga yang terbuat dari bambu agar bangunan tersebut tidak roboh jika terkena angin.
Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Madiun sejak tahun 2023.
Permintaan itu direspon yang informasinya tiga ruang kelas yang rusak akan direhab lantaran masuk proyek strategis Pemkab Madiun.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun, Siti Zubaidah menyatakan masih banyak sekolah dasar maupun menengah pertama yang sarananya mengalami kerusakan.
Bahkan, ada 50 persen dari total gedung sekolah di Kabupaten Madiun untuk SMP dan SD alami kerusakan baik ringan, sedang dan berat.
“Kami sudah mengecek di seluruh sekolah dan hasilnya banyak yang rusak. Dari total gedung sekolah SD dan SMP itu ada 216 gedung yang rusak,” kata Zubaidah.
Namun demikian dengan adanya gedung sekolah yang rusak, Zubaidah menyebutkan penangan dinas perlu mempertimbangkan prioritas kerusakan seperti direhabilitasi atau dibangun.
Terlebih kecepatan penangan gedung rusak menunggu dana dari APBN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Anggaran DAK tidak sepenuhnya bisa diandalkan. Maka ada dana APBD yang saat ini sudah dilakukan mengalokasikan. Hanya saja kemampuan anggaran terbatas maka tidak seluruhnya bisa dicukupi (diperbaiki),” ujar Zubaidah. (rif)