
KOTA MALANG, BANGSAONLINE.com - Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, membuka pelatihan manajemen dasar kebencanaan, Selasa (6/5/2025). Ia mengapresiasi atas terselenggaranya agenda yang digelar BPBD Kota Malang, dan menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi risiko bencana yang bisa datang kapan saja.
"Kita tidak bisa memprediksi bencana itu kapan datang, tiba-tiba saja bencana itu terjadi di daerah kita," ujarnya di hadapan para peserta pelatihan.
Pelatihan ini dinilai menjadi langkah awal yang penting. Dari data yang dilaporkan, baru sekitar 12 ribu warga dari total 53 ribu yang tinggal di wilayah rawan bencana telah mendapat pelatihan.
“Karena itu, pelatihan seperti ini harus terus digalakkan,” kata Wahyu.
Ia juga mendorong peran aktif camat, lurah, hingga RT dan RW dalam menyebarkan informasi kebencanaan, meski secara informal.
“Ya bisa aja Pak Camat dan Pak Lurah sambil cangkruk ngopi datang ke Pak RT, Pak RW, cerita-cerita. Disinggung soal bencana, itu juga pembelajaran,” ujarnya.
Disebutkan olehnya, manajemen bencana tak hanya penting saat bencana berlangsung, tapi juga jauh sebelum itu. Selain pelatihan, penggunaan dana kelurahan juga bisa dialokasikan untuk sosialisasi kebencanaan.
"Salah satunya untuk bisa memanfaatkan dana 50 juta rupiah ini untuk bisa memberikan sosialisasi terkait kebencanaan ini. Silakan," tuturnya.
Wahyu berharap pelatihan ini menjadi langkah awal membangun budaya sadar bencana.
“Mari kita jadikan pelatihan ini sebagai tonggak penting dalam membangun budaya sadar bencana. Budaya ini harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dari tingkat rumah tangga hingga pemerintahan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kalaksa BPBD Kota Malang, Prayitno, menyampaikan tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi dasar masyarakat dalam bidang manajemen, organisasi, dan operasional kebencanaan.
"Membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan dasar manajerial. termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penanggulangan bencana. Kemudian juga menumbuhkan budaya kerja yang efesien, efektif, dan profesional dalam lingkungan Kota Malang," ucapnya.
"Dan mendorong pemahaman terhadap sistem kerja terpadu, lintas sektoral, dan pelakoran berbasis hasil dalam lingkungan kebencanaan," imbuhnya.
Menurut dia, kesiapsiagaan harus dilakukan kapan pun, tanpa menunggu musim hujan atau kemarau.
"Karena itu, namanya bencana ini tidak bisa kita prediksi. kita tetap lakukan antisipasi tanpa melihat musim apa," sebutnya.
Ia mengungkapkan, selama ini ancaman bencana yang paling sering terjadi di Kota Malang adalah longsor dan banjir.
Namun potensi lain seperti gempa juga tetap harus diwaspadai. Karena itu, pelatihan ini menjadi penting sebagai upaya membangun kesiapan sejak dini.
Hingga saat ini, BPBD Kota Malang telah melatih sekitar 12 ribu warga dari total 53 ribu yang tinggal di wilayah rawan bencana.
“Alhamdulillah, yang sudah kita bina selama ini dua ribu, tapi ini masih jauh dari cukup,” kata Prayitno.
Ia berharap peserta pelatihan bisa menjadi agen informasi di lingkungannya.
"Yang menerima pelajaran ini bisa menyampaikan juga kepada masyarakat yang lain. Tidak harus formal, cukup sambil ngopi-ngopi atau pas sambutan di RT dan RW,” sambungnya.
Ia beranggapan, pendekatan informal seperti ini justru lebih efektif dalam membangun budaya sadar bencana di tingkat akar rumput. Dengan demikian, warga tidak hanya siap secara individu, tapi juga mampu membantu sesama saat terjadi bencana.
“Langkah kecil ini bisa berdampak besar jika disampaikan terus-menerus,” ujarnya. (dad/mar)