Tafsir Al-Anbiya' 108-109: Rasulullah SAW Pemimpin yang Tegas

1 day ago 3
Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 108-109. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

108. Qul innamā yūḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid(un), fahal antum muslimūn(a).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku hanyalah (ketetapan) bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, apakah kamu telah berserah diri (kepada-Nya)?”

109. Fa in tawallau fa qul āżantukum ‘alā sawā'(in), wa in adrī aqarībun am ba‘īdum mā tū‘adūn(a).

Maka, jika mereka berpaling, katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku telah menyampaikan kepadamu (seluruh ajaran sehingga kita mempunyai pengetahuan) yang sama. Aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.”

TAFSIR

Setelah menyampaikan banyak hal terkait kerisalahan nabi Muhammad SAW, kini Tuhan memerintahkan Rasulullah SAW aga bersikap tegas dan terbuka terkait risalah yang disampaikan.

“Qul”, katakan. Artinya, seorang pemimpin harus terbuka dan berani berkata lantang di hadapan publik sebagai kejelasan nyata, juga sebagai ekspresi, bahwa apa yang disampaikan adalah benar.

“Qul” adalah bukti nyata atas ketangguhan jiwa dan kemapanan keyakinan, sehingga apa yang ada dalam sanubari sama dengan apa yang ditunjukkan dalam sikap, sekaligus sama dengan apa yang diungkap dalam kata-kata. Itulah pribadi mukmin beneran, itulah pribadi muslim sungguhan.

Rasul itu berani berikrar bahwa apa yang disampaikan adalah wahyu dan bukan karangan sendiri, juga bukan kemauan sendiri. Semua itu paket mutlak dari Tuhan dan tidak satu pun ada yang bisa merekayasa.

Setelah ada penandasan seperti ini, maka wajib ada tindak lanjut, ada mengevaluasi atau cek lapangan, “fahal antum muslimun..?” Lantas, apa anda siap berislam... patuh?

Fahal antum muslimun”, adalah adalah panduan, adalah tuntunan bagi setiap pemimpin yang hendak melaksanakan program. Program wajib disampaikan secara terbuka dan mantap, meyakinkan dan membuat hati rakyat bangga karena bakal wujud hal besar yang bermanfaat.

Lalu direspons secara bagus dengan ikhtiar yang sungguhan dan sikap tawakkal yang totalitas. Muslim, artinya patuh, tunduk, dan melakukan apa yang mestinya harus dilakukan.

Dan mu’min artinya mantap, yakin akan kebenaran apa yang dilakukan, tanpa ragu, tanpa kecil hati karena di dalam dirinya ada Tuhan Dzat yang maha membantu.

Berbeda ketika seseorang menghadapi masyarakat yang tidak merespons, tidak mengindahkan, malah tak perhatian sama sekali. Alqur’an memberi instruksi: “faqul adzantukum ‘ala sawa’..”. tunggu sampai akhir sikap mereka. Lalu katakan: “bahwa kita berbeda dan siap-siap menghadapi kemungkinan terburuk”.

Artinya, seorang beriman wajib mempunyai kelengkapan dari berbagai hal demi kebaikan keislaman kita, termasuk berjaga-jaga jika terjadi konfrontasi dengan lawan. Alqur’an tidak menentukan, apa itu terjadi jarak dekat atau jauh. Walhasil, Alqur’an hanya tutur-tutur yang terbaik. 

Read Entire Article
Kabar berita |