JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Sejumlah menteri, ulama dan tokoh nasional bakal menjadi nara sumber dalam seminar pengusulan KH Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional, Senin (3/2/2025). Mereka, antara lain, Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Kepala Badan Penyelenggara Haji Mochammad Irfan Yusuf (Gus Irfan)
Selain Fadli Zon dan Gus Irfan juga Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto. Juga Prof Usep Abdul Matin, PhD, Wakil Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) yang juga guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baca Juga: Menteri Kebudayaan RI Didampingi Bupati Sumenep Resmikan Monumen Tugu Keris
Acara seminar hasil koordinasi dengan Dinsos Jombang dan Provinsi Jawa Timur itu akan diawali sambutan Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) yang juga Ketua PWNU Jawa Timur. Kemudian Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa.
Para tokoh tersebut akan membahas perjuangan Kiai Yusuf Hasyim sejak muda, terutama keterlibatannya secara fisik dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, baik melawan penjajah Belanda, Jepang, Inggris maupun pemberontakan PKI.
Kiai Yusuf Hasyim telah banyak mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia.
Baca Juga: ICORCS 2025 UAC, Syaikh Mesir Apresiasi Kiai Asep dan Khofifah sebagai Tokoh Perubahan Jatim
Kiai Yusuf Hasyim juga banyak berkiprah dalam perjuangan politik dan pesantren. Bahkan banyak sekali kontribusi Kiai Yusuf Hasyim dalam pembaharuan pendidikan Indonesia, terutama dalam dunia pesantren.
Bahkan Kiai Yusuf Hasyim inilah yang memelopori pendirian SMP dan SMA di dunia pesantren. Kiai Yusuf Hasyim mendirikan SMP A Wahid Hasyim dan SMA A Wahid Hasyim pada 1975.
Kiai Yusuf Hasyim juga salah satu tokoh utama yang membidani berdirinya Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng.
Baca Juga: Buka ICORCS 4th 2025 UAC, Khofifah Optimistis Lahirkan Manfaat dan Solusi Masyarakat
Memang, semula sempat menjadi kontroversi. Bahkan ditentang para kiai pesantren karena berdirinya SMP dan SMA di dunia pesantren dianggap sebagai pendangkalan agama. Karena umumnya pendidikan formal di pesantren adalah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Tapi Kiai Yusuf Hasyim menhadapi berbagai kritik itu dengan tenang. Faktanya, dalam beberapa tahun kemudian hampir semua pengasuh pesantren mengikuti langkah Kiai Yusuf Hasyim. Yaitu tertarik mendirikan SMP dan SMA.
Bahkan hampir semua pesantren mendirikan SMP dan SMA atau pendidikan umum. Beberapa kiai pengasuh pesantren merasa kurang percaya diri dan kurang maju jika tak punya lembaga pendidikan umum sejenis SMP, SMA atau SMK di pesantren yang diasuhnya. Tentu disamping Madrasah Tsanawiyah dan Madrassah Aliyah.
Baca Juga: Semarak Resepsi Pernikahan Putri Kiai Asep
Yang menarik, dalam upaya membuka cakrawala berpikir dunia pesantren, terutama para kiai dan santri, Kiai Yusuf Hasyim bersedia menjadi aktor film. Kiai Yusuf Hasyim sempat menjadi salah satu figur dalam film Sembilan Wali (Wali Songo) bersama Guruh Soekarnoputra.
Dalam film yang diproduksi Soraya Film pada 1985 itu Kiai Yusuf Hasyim berperan sebagai Sunan Gresik atau Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Padahal saat itu Kiai Yusuf Hasyim sebagai Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Lagi-lagi Kiai Yusuf Hasyim menjadi kontroversial. Orang yang tak suka mengatakan, “Kiai kok main film.”
Baca Juga: Pratikno, Gus Irfan, Mahfud MD, Khofifah, 4 Syaikh Mesir Hadiri Resepsi Pernikahan Putri Kiai Asep
Tapi Kiai Yusuf Hasyim malah tersenyum. Lagi-lagi Kiai Yusuf Hasyim menghadapi kritik dengan tenang.
“Film itu ibarat gelas. Tergantung isinya. Apakah mau diisi madu atau racun,” kata Kiai Yusuf Hasyim kepada wartawan saat itu.
Bagi Kiai Yusuf Hasyim semua media harus dijadikan sarana dakwah. Termasuk dunia film. Tujuannya, selain untuk menyebarkan ajaran Islam juga agar bioskop-bioskop tak diisi film-film negatif. Apalagi pada tahun 1980-an itu marak sekali film porno di bioskop-bioskop.
Baca Juga: Apa Souvenir untuk Menteri, Kiai dan Syaikh Al Azhar, Resepsi Pernikahan Putri Kiai Asep Hari Ini
Film-film porno itu terkenal dengan istilah film Sekwilda (sekitar wilayah dada) karena banyak mempertontonkan aurat wanita yakni payudara dan paha wanita.
Pada akhirnya pernyataan dan langkah Kiai Yusuf Hasyim itu menyadarkan publik. Termasuk para kiai di pesantren. Bahkan kini banyak sekali pesantren yang punya rumah produksi film.
Apalagi dalam era digital. Rumah produksi film dianggap sebagai salah satu indikator prestise dan gengsi bahkan kemajuan pesantren.
Baca Juga: Besok, Para Menteri, Kiai dan Syaikh Al Azhar Hadiri Resepsi Pernikahan Putri Kiai Asep
Nah, perjuangan Kiai Yusuf Hasyim dalam berbagai lini dan medan pertempuan itu terangkum dalam buku Biografi KH Yusuf Hasyim, Kiai Militer Pengawal Ideologi NKRI Berbasis Pesantren. Buku yang ditulis Dr Aguk Irawan dan M. Mas’ud Adnan inilah yang akan menjadi pembahasan utama para menteri, kiai dan toko-tokoh nasional itu.
Aguk Irawan adalah alumnus Universitas Al Azhar Mesir yang kini menjadi pengasuh Pesantren Baitul Kilmah Bantul Yogyakarta. Ia dikenal sebagai penulis produktif. Beberapa karyanya: Trilogi Biografi Hadratussyaikh (Penakluk Badai), Biografi KH A Wahid Hasyim (Sang Mujtahid) dan Biografi Gus Dur (Peci Miring).
Sedangkan M Mas’ud Adnan alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair. Kini CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang bermarkas di Jalan Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya.
Baca Juga: Dihadiri Khofifah dan Diimami Syaikh Fadhil, Jenazah Prof Ridlwan Nasir Dishalati Ribuan Jemaah
Gus Riza Yusuf Hasyim, salah seorang putra Kiai Yusuf Hasyim, mengungkapkan bahwa seminar itu akan digelar pada Senin, 3 Februari 2025, pukul 9 pagi di Gedung KH M Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang.
“Semula seminar itu akan digelar pada 17 Februari 2025. Tapi setelah audensi dengan Dinsos Jatim ternyata diminta dipercepat karena waktunya mepet. Karena setelah seminar ini Dinsos Jatim juga akan mengadakan pertemuan TP2DG membahas buku tersebut,” tutur Gus Riza kepada BANGSAONLINE, Jumat (31/1/2025) pagi.
Kiai Yusuf Hasyim memang dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan RI sejak usia muda, terutama sebagai tokoh Laskar Hizbullah. Kiai Yusuf Hasyim terlibat perjuangan fisik dan bahkan memimpin perjuangan menumpas PKI yang memberontak pada pemerintah Indonesia yang sah.
Bahkan Kiai Yusuf Hasyim inilah tokoh yang menyelamatkan Pondok Modern Gontor dari serbuan PKI. Tubuhnya yang gagah, tinggi besar, dan memiliki nyali, keberanian serta strategi perang yang luar biasa membuat sosok Kiai Yusuf Hasyim disegani musuh-musuhnya, termasuk tokoh-tokoh PKI.
Ketika Hizbullah melebur ke TNI Kiai Yusuf Hasyim sempat aktif sebagai tentara. Sampai berpangkat Letnan Satu. Namun putera Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ri itu kemudian mengundurkan diri dari TNI. Kiai Yusuf Hasyim kemudian memilih perjuangan politik.
Kiai Yusuf Hasyim menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng terlama setelah Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Beliau mengasuh Pesantren Tebuireng sejak 1965 hingga 2006. Selama 41 tahun.
Hadratussyaikh mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 M. Beliau wafat pada 25 Juli 1947. Bertepatan dengan 7 Ramadan 1366 Hijriah. Beliau mengasuh Pesantren Tebuireng selama 48 tahun.
Kiai Yusuf Hasyim wafat pada 14 Januari 2007. Namun sebelum wafat beliau sudah menyerahkan kepengasuhan Pesantren Tebuireng kepada Dr (HC) Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Tentu juga berdasar rapat keluarga dzurriyah Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.
Gus Sholah adalah putra KH Abdul Wahid Hasyim, putra pertama Hadratussaikh KH M Hasyim Asy’ari. Kiai A. Wahid Hasyim adalah saudara kandung Kiai Yusuf Hasyim.
Gus Sholah mengasuh Pesantren Tebuireng sejak 2006. Gus Sholah wafat pada Ahad 2 Februari 2020. Seperti Kiai Yusuf Hasyim, sebelum wafat Gus Sholah juga sudah menyerahkan kepengasuhan Pesantren Tebuireng kepada KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin). Gus Kikin mengasuh Pesantren Tebuireng sejak 2020.
Gus Sholah sejatinya sudah menyerahkan ke Gus Kikin tahun sebelumnya. Namun karena ta’dzim Gus Kikin baru menjadi pengasuh Pesantren secara full setelah Gus Sholah wafat. Gus Kikin pengasuh Pesantren Tebuireng generasi ke-8. (M Mas’ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News