Adab Kadang Lebih Utama daripada Syariat, Imam Syafi'i tak Qunut Subuh saat Ziarah Makam Imam Hanafi

2 days ago 10
Adab Kadang Lebih Utama daripada Syariat, Imam Syafi KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi) saat membaca Kitab At-Tibyan karya Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari di kediaman M. Mas'ud Adnan di Surabaya, Ahad (20/4/2025). Foto: bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kediaman M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE dipenuhi Alumni Pesantren Tebuireng pada Ahad (20/4/2025) pagi. Mereka datang dari Surabaya. Sebagian dari Gresik, Sidoarjo dan Madura. Mereka mengaji Kitab At-Tibyan karya Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari. Pengajian itu diasuh KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi). Yang menarik, literasi dan narasi Hadratussyaikh bukan hanya relevan dengan realitas sosial kekinian tapi juga menjadi solusi kongkrit. Di bawah ini BANGSAONLINE menurunkan tulisan pengajian yang diasuh Gus Fahmi itu secara bersambung. Selamat mengikuti:

KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi), Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur menegaskan bahwa adab (sopan santun atau budi pekerti atau akhlak) kadang lebih utama ketimbang syariat. Cucu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari itu secara gamblang memberi contoh peristiwa yang pernah ditelandankan Imam Syafii saat ziarah ke makam Imam Hanafi.

“Imam Syafii ziarah selama seminggu ke makam Imam Hanafi. Selama seminggu itu Imam Syafi’i saat salat Subuh tak mau pakai qunut,” kata Gus Fahmi saat membaca Kitab At Tibyan karya Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dalam acara Halal Bihalal Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Surabaya di kediaman M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Surabaya, Ahad (20/4/2025).

KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi) saat Kitab At Tibyan karya Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dalam acara Halal Bihalal Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Surabaya di kediaman M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Surabaya, Ahad (20/4/2025). Foto: bangsaonline

Padahal, tegas Gus Fahmi, Imam Syafi’i menghukumi sunnah membaca qunut ketika salat Subuh. Sedangkan Imam Hanafi (Abu Hanifah) tidak menghukumi sunnah baca qunut dalam shalat Subuh.

Karena itu, “Ketika Imam Syafi’i ditanya, kenapa Kiai, kok tidak pakai qunut. Imam Syafi’i menjawab saya menghormati guru saya, sebab Imam Hanafi tidak menghukumi sunnah qunut Subuh. Kenapa menghormati? Karena menjaga adab,” jelas Gus Fahmi di depan para alumni Pesantren Tebuireng kota Surabaya yang memenuhi teras dan ruang tamu rumah Mas’ud Adnan yang juga alumnus Pesantren Tebuireng.

Menurut Gus Fahmi, membaca qunut itu hukumnya sunnah. “Qunut itu kan sunnah. Sedangkan menghormati guru itu wajib. Jadi jangan sampai perkara yang sunnah itu mengalahkan yang wajib. Ini penting,” tegas Gus Fahmi yang kini menjabat Ketua PCNU Kabupaten Jombang.

“Makanya, kadang-kadang adab itu lebih utama dibandingkan syariat,” tambah putri Nyai Hj Khodijah Hasyim, putri Hadratussyaikh itu.

Gus Fahmi juga memberi contoh aurat seorang laki-laki saat shalat.

“Aurat laki itu antara pusar sampai dengkul (lutut) saat shalat. Artinya, ketika seseorang misalnya shalat pakai celana tiga seperempat, hanya menutupi udel (pusar) sampai dengkul (lutut), shalatnya sah, ” ujar Gus Fahmi.

Gus Fahmi kemudian mencontohkan dirinya sendiri. “Misalnya saya jadi khatib Jumat di Masjid Tebuireng pakai celana tiga seperempat. Yang penting nutupi udel karo dengkul (yang penting menutupi pusar dan lutut), shalat saya sah. (Shalat) makmumnya juga sah semua. Cuma makmumnya puyeng (pusing), sejak kapan imami sempel (sejak kapan imamnya gila),” ujar Gus Fahmi yang disambut tawa para alumni Tebuireng.

Gus Fahmi menjelaskan bahwa sahnya shalat mengenakan celana ukuran tiga seperempat itu masalah syariat, sedangkan mengenakan baju dan pakaian menutup aurat secara sempurna adalah masalah adab. Jadi, tegas Gus Fahmi lagi, kadang adab itu lebih utama ketimbang syariat.

Sebelum acara pengajian Kitab At-Tibyan, para alumni Pesantren Tebuireng itu istighatsah yang materinya juga dari Hadratussyaikh. 

Sebelum pengajian Kitab AtTibyan, para alumni Pesantren Tebuireng membaca istighatsah yang wiridnya ditulis Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari. 

Sekedar informasi, aurad istighatsah yang ditulis Hadratussyaikh sangat lengkap. Seperti pernah dituturkan Gus Zaky Hadzik, istighatsah dari Hadratussyaikh itu diawali bacaan Asmaul Husna, kemudian istighfar dan diakhiri dengan syair qoshidah yang ditulis As-Syayid Al Habib Abdullah bin Husain bin Thohir yang ada di kitab Manaqib Syaekh Abdul Qodir Al Jilani.

Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy'ari adalah pendiri Pesantren Teburieng yang juga pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). (mma)

Read Entire Article
Kabar berita |